ini nih laporannya :
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
ACARA I
P E R T U M B U H A N
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan suatu fenomena universal yang bermula dari sutu telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan mencapai dewasanya. Pertumbuhan yang berupa penambahan massa dan ukuran tubuh hewan dapat dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan dan pengukuran somatometrik. Pertumbuhan digunakan sebagai istilah untuk fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai hal dari pemasukkan (imbibisi) air yang sederhana sampai hasil dari kimia nutrient. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat berupa faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dimana kedua faktor tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mampu menggunakan alat untuk mengadakan percobaan pengukuran pertumbuhan.
1.2.2 Mampu mengukur pertumbuhan.
1.2.3 Mampu menginterpretasikan data yang didapat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) merupakan proses penambahan ukuran (volume, massa, tinggi, atau panjang) yang permanen dan bersifat tidak balik (irreversible). Biasanya juga terjadi penambahan komponen-komponen yang bersifat padat, meningkatnya berat kering, dan jumlah sitoplasma. Pertumbuhan bersifat kuantitatif, artinya dapat dinyatakan dengan satuan bilangan (Rasyaf, 1997).
Pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum, dan lingkungan. Zat pakan yang penting bagi pertumbuhan ternak adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan tulang, produksi, reproduksi normal, pembentukan sel darah merah, dan berperan dalam sistem syaraf (Wahju, 1991).
2.1.2 Perkembangan
Perkembangan (development) merupakan perubahan dalam bentuk dan kompleksitas yang terjadi selama pertumbuhan. Perkembangan merupakan proses menuju kedewasaan pada makhluk hidup. Proses ini bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan bilangan. Suatu makhluk hidup dikatakan sudah dewasa apabila alat perkembangbiakannya secara seksual telah berfungsi, misalnya pada hewan apabila kelenjar kelaminnya telah mampu menghasilkan sel kelamin (Rasyaf, 1997).
2.1.3 Fenomena dan Parameter Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara umum tumbuh merupakan proses pertambahan massa, sedangkan secara spesifik dapat diartikan proses peningkatan ukuran tulang, muskulus, visera, atau semua bagian tubuh. Tumbuh merupakan proses substansial pada proses produksi, hewan tidak akan mempunyai nilai ekonomis tinggi bila hewan tersebut tidak mengalami pertumbuhan dan produksi telur tidak akan optimum bila pertumbuhan hewan tersebut terhambat. Definisi pertumbuhan murni adalah perubahan-perubahan ukuran tubuh yang meliputi pertambahan bobot hidup, bentuik tubuh, urat daging, organ dasar, dan bagian-bagian lain dari tubuh selain lemak (Anggorodi, 1985).
Pertumbuhan meliputi pertambahan bobot badan secara keseluruhan juga diikuti pertumbuhan bagian tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Proses pertumbuhan biasanya diartikan sebagai pertumbuhan berat badan sejak adanya konsep sampai dewasa. Pertumbuhan juga diartikan sebagai pembentukan jaringan-jaringan baru sehingga menyebabkan pertambahan bobot, bentuk dan komposisi tubuh. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam adalah genetik, pakan dan lingkungan. Pertumbuhan pada ayam jantan lebih cepat dibanding ayam betina. Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan dalam soal makanan dimana ayam jantan lebih tinggi konsumsi pakannya daripada ayam betina (Lawrie, 1994).
Pertumbuhan dimulai sejak terjadinya pembuahan pada sel telur yang kemudian memperbanyak diri menjadi susunan yang lebih tinggi (Soeparno, 1992).
Proses pertumbuhan pada makhluk dipengaruhi oleh faktor genetik sebesar 30% dan faktor lingkungan sebesar 70%. Pertumbuhan pralahir pada hewan mamalia dapat disejajarkan dengan pertumbuhan embrional pada telur ayam dapat ditinjau dari faktor luar yang berpengaruh pada embrio tersebut (Soeharsono, 1976).
Kecepatan pertumbuhan dapat dinyatakan dengan pertambahan bobot badan setiap minggunya dan percepatan pertumbuhan ini akan berkembang sejak menetas sampai 8 minggu pada ayam (Card, 1962).
Apabila hewan sedang berkembang, menurut Hammond, prinsip gelombang pertumbuhannya mulai dari kepala dan menyebar ke badan. Gelombang kedua ini mulai pada ujung-ujung anggota badan dan ke atas, semua gelombang ini bertemu pada suatu titik pertemuan antara lain dari rusuk terakhir, yang merupakan daerah paling akhir untuk dikembangkan (Lawrie, 1994).
Laju komponen pertumbuhan berlangsung dengan kadar yang berbeda, sehingga perubahan ukuran komponen menghasilkan diferensiasi atau perubahan karakteristik individual sel dan organ. Perubahan morfologi ataupun kimiawi misal perubahan sel-sel otot, tulang, hati, jantung, ginjal, otak, saluran pencernaan, organ reproduksi dan alat pernapasan. Terjadi dalam proses diferensiasi (Soeparno, 1992).
Pertumbuhan dapat diukur dengan jalan menimbang hewan hidup pada saat-saat tertentu secara berurutan, untuk menghilangkan bias karena isi saluran pencernaan maka digunakan bobot hewan puasa yaitu hewan setelah dipuasakan 18-24 jam (Sudarmoyo, 1982).
Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah S (Sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan meningkat dengan meningkatnya umur. Hal ini diikuti oleh pertumbuhan yang eksplosif kemudian akhirnya ada suatu fase dengan tingkat pertumbuhan sangat rendah (Lawrie, 1994).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses yang sangat kompleks yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan saja tetapi juga dipengaruhi oleh hormon tiroid, androgen glukocotikoid, dan insulin. Faktor ekstrinsik yang paling penting adalah makanan dan kondisi lingkungan (Jull, 1972).
Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1. Faktor internal
Menurut Lawrie (1994), faktor internal menyangkut sex, umur, dan genetik. Sedangkan menurut peneliti lainnya, faktor intrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain sifat genetik bangsa, jenis kelamin, spesies, individu, dan umur.
Pengaruh genetik dapat diketahui dari awal kehidupan embrio. Gregori dan Castle (1931), melaporkan bahwa sudah ada perbedaan dalam tingkat pembelahan sel antara embrio kelinci ras kecil dan besar setelah 48 jam pembuahan (Lawrie, 1994).
Perbedaan spesies menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan pertumbuhan, seperti misalnya pertumbuhan seekor itik lebih cepat dibandingkan pertumbuhan seekor ayam. Kecepatan pertumbuhan akan meningkat dengan bertambahnya umur suatu spesies dalam waktu tertentu, dan kemudian akan menurun kembali (Rasyaf 1997).
2. Faktor eksternal
Menurut Lawrie (1994), faktor eksternal menyangkut kualitas dan kuantitas pakan, kondisi tempat pemeliharaan. Perbedaan tingkat pemberian nutrisi pada semua umur sejak fase ferus bukan hanya mengubah pertumbuhan secara umum, tapi juga mempengaruhi daerah yang berbeda dan berbagai organ yang berbeda. Oleh karena hewan dengan tingkat pemberian nutrisi yang berbeda walau bangsa dan bobotnya sama akan berbeda dalam bentuk dan komposisi (Lawrie, 1994).
Ransum yang diberikan merupakan faktor penunjang dalam proses pertumbuhan. Ransum yang diperlukan oleh ayam dalam masa pertumbuhannya adalah dari golongan protein yang dapat dipenuhi dengan protein hewani dan nabati. Kebutuhan protein sehari-hari pada ayam yang sedang tumbuh dibagi dalam tiga bagian yaitu protein yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, protein untuk hidup pokok, dan protein untuk pertumbuhan bulu. Energi untuk pertumbuhan berkisar antara 1,5-3,0 kkal/gram pertambahan bobot badan. Hal ini tergantung dari jumlah lemak dalam hubungannya terhadap protein pada pertambahan bobot badan (Anggorodi, 1985). Sedangkan menurut Jull (1972), kebutuhan protein pada ayam dipengaruhi oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kekurangan energi,ayam akan turun bobot badannya dan akan menyebabkan kematian apabila kekurangan tersebut berlangsung terlalu lama.
2. 3 Morfologi Ayam
Ayam merupakan unggas yang mempunyai karakteristik cepat dalam pertumbuhannya, tetapi walaupun mempunyai pertumbuhan yang cepat, ayam ini juga mempunyai kerumitan dalam pemeliharaannya. Waktu kecil ia harus dipanasi dan makanan yang diberikan harus halus dan bermutu tinggi (Anggorodi, 1985).
Gallus domesticus, berdasarkan morfologi rostrum merupakan aves grainifora, biji-bijian merupakan jenis pakan utamanya. Akan tetapi secara alami jenis aves tersebut sedikit makan pakan hijau-hijauan dan hewan-hewan kecil, seperti insekta, lumbricus, dll. Jenis ayam yang telah dipelihara manusia pakannya berubah sehingga kesannya merupakan aves omnivora. Apabila ayam peliharaan hanya diberikan pakan alami, maka produktivitas ayan tersebut relatif rendah, hal tersebut karena kandungan pakan alami tidak terkontrol dan konsisten (Soeparno, 1992).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Kandang ayam
2. Timbangan
3. Penggaris
4. Jangka sorong
5. Tali, untuk membantu pengukran
3.1.2 Bahan
Hewan percobaan (Gallus sp.)
3.2 Cara Kerja
1. Mula-mula ayam (Gallus sp.) selaku hewan yang digunakan dalam percobaan ditimbang utnuk mengetahui berat awal dan dilakukan pengukuran somatometrik meliputi pengukuran paruh, sayap, dan kaki (tibiotarsus dan tarsometatarsus).
2. Hewan percobaan yang diamati diperlakukan dengan makanan tambahan.
3. Perlakuan dilakukan selama 1 minggu.
4. Setelah 1 minggu, hewan percobaan ditimbang lagi untuk mengetahui beratnya setelah diberi perlakuan.
5. Kemudian dilakukan pengukuran somatometrik (seperti apa yang dilakukan pada pengukuran sebelumnya).
IV. HASIL PERCOBAAN
Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Parameter Pertumbuhan Awal Pertumbuhan Akhir Pertambahan Ukuran
Berat Badan
0,81 kg 0,74 kg −0.07 kg
Panjang Paruh • 3,22 cm
• 3,03 cm
• 3,05 cm
rata-rata: 3,1 cm
• 3,20 cm
• 3,31 cm
• 3,42 cm
rata-rata: 3,31 cm
0,21cm
Panjang Sayap :
Dekster
Sinister
19 cm
• 17,5 cm
• 18 cm
• 19,5 cm
rata-rata: 18,33 cm
• 19,7 cm
• 19,8 cm
• 19,5 cm
rata-rata: 19,66 cm
• 17,3 cm
• 17,5 cm
• 18,5 cm
rata-rata: 17,76 cm
0,66 cm
−0,57 cm
Panjang Kaki :
Dekster
Sinister
• 23 cm
• 23,3 cm
• 23,5 cm
rata-rata: 23,26 cm
• 23 cm
• 23,5 cm
• 23,2 cm
rata-rata: 23,23 cm
• 23,3 cm
• 23,8 cm
• 24 cm
rata-rata: 23,76 cm
• 23,5 cm
• 23,4 cm
• 23,8 cm
rata-rata: 23,56 cm
0,5 cm
0,33 cm
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini digunakan ayam (Gallus sp.) sebagai bahan praktikum untuk di amati pertumbuhannya. Bagian-bagian yang di ukur meliputi : berat badan, panjang paruh, panjang sayap (dekster dan sinister) dan panjang kaki (dekster dan sinister). Bagian yang diukur tersebut merupakan hal yang dijadikan parameter pertumbuhan pada praktikum ini.
Berat badan
Saat dilakukan pengukuran awal pada ayam (Gallus sp.) mempunyai berat awal 0,81 kg. Setelah satu minggu, dilakukan pengukuran ulang dan berat badan ayam tersebut menjadi 0,74 kg. Terjadi penurunan berat badan ayam sebesar 0,07 kg. Hal ini bukan berarti bahwa ayam tidak mengalami pertumbuhan, terbukti bahwa terjadi peningkatan panjang paruh, sayap dan kaki pada ayam yang menunjukan terjadinya pertumbuhan somatis terhadap sel-sel hewan tersebut.
Berkurangnya berat badan ayam kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah faktor genetik, pakan dan lingkungan. Seperti yang telah diungkapkan oleh Lawrie (1994), bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam adalah genetik, pakan dan lingkungan. Faktor genetik sendiri merupakan faktor bawaan dari lahir, sedangkan untuk faktor pemberian pakan kemungkinan ayam kurang dalam hal nutrisi terutama yaitu protein. Karena menurut Anggorodi (1985), Ransum yang diberikan merupakan faktor penunjang dalam proses pertumbuhan. Ransum yang diperlukan oleh ayam dalam masa pertumbuhannya adalah dari golongan protein yang dapat dipenuhi dengan protein hewani dan nabati. Kebutuhan protein sehari-hari pada ayam yang sedang tumbuh dibagi dalam tiga bagian yaitu protein yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan, protein untuk hidup pokok, dan protein untuk pertumbuhan bulu. Sedangkan menurut Jull (1972), kebutuhan protein pada ayam dipengaruhi oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kekurangan energi, ayam akan turun bobot badannya dan akan menyebabkan kematian apabila kekurangan tersebut berlangsung terlalu lama.
Sedangkan untuk faktor lingkungan, kemungkinan besar ayam tidak dapat menyesuaikan diri dengan kandang yang terlalu sempit seperti yang digunakan pada saat praktikum. Faktor kelamin juga kemungkinan berpengaruh pada penurunan berat badan ayam sesuai dengan hal yang diungkapkan Lawrie (1994), pertumbuhan pada ayam jantan lebih cepat dibanding ayam betina. Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan dalam soal makanan dimana ayam jantan lebih tinggi konsumsi pakannya daripada ayam betina, mengingat ayam yang digunakan dalam praktikum kelompok ini adalah ayam betina.
Menurut Wahju (1991), penurunan bobot tubuh bisa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang membuat ayam tertekan sehingga stres. Jika ayam stres maka metabolisme tubuh akan terganggu sehingga metabolit kurang optimal, akibatnya penyerapan nutrisi menurun dan bobot ayam menurun. Menurut Mangkoewidjojo (1988), makanan yang cukup mengandung semua bahan yang diperlukan penting untuk pertumbuhan dan produksi normal. Jika dalam susunan makanan kekurangan salah satu zat, vitamin atau mineral, atau tidak seimbang, pertumbuhan normal akan terhambat, atau produksi akan turun lebih rendah dari normal. Penurunan bobot tubuh ayam bisa juga dipengaruhi oleh faktor pemeliharaan, bibit yang baik membutuhkan pemeliharaan yang baik pula. Ayam memerlukan perawatan dan makanan yang baik. Perawatan ini termasuk pemberian vaksinasi yang baik dan benar.
Panjang Paruh
Panjang paruh ayam pada pengukuran awal yaitu 3,1 cm. Setelah satu minggu, dilakukan pengukuran ulang. Hasilnya menunjukkan adanya penambahan panjang paruh menjadi 3,31 cm. Kenaikannya mencapai 0,21 cm. Hal ini menunjukan terjadinya pertumbuhan somatis terhadap sel-sel hewan tersebut, terutama di bagian paruhnya.
Panjang sayap
Panjang sayap ayam pada pengukuran awal yaitu sayap dekster 19 cm dan sayap sinister 18,33 cm. Setelah satu minggu, dilakukan pengukuran ulang. Pada sayap dekster menjadi 19,66 cm dan sayap sinister menjadi 17,76 cm. Hal ini berarti bahwa pada sayap dekster terjadi peningkatan panjang sebesar 0,66 cm, sedangkan pada sayap sinister terjadi pengurangan panjang sayap sebesar 0,57 cm.
Adanya penambahan dan pengurangan panjang, sekali lagi merupakan hal yang dipengaruhi oleh berapa faktor. Faktor tersebu diantaranya adalah faktok genetik, pakan dan lingkungan seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Panjang kaki
Panjang kaki ayam pada saat pengukuran awal yaitu kaki dekster 23,26 cm, sedangkan kaki sinister 23,23 cm. Setelah seminggu kemudian ayam diukur kembali dan panjang kakinya mengalami penambahan. Kaki dekster menjadi 23,76 cm dan kaki sinister menjadi 23,56 cm. Artinya bahwa kai dekster mengalami penambahan panjang sebesar 0,5 cm dan kaki sinister mengalami penambahan panjang 0,33 cm. Hal ini menunjukan terjadinya pertumbuhan somatis pada sel-sel kaki ayam.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Pertumbuhan sangat identik dengan adanya pertambahan ukuran tubuh baik berat badan maupun panjang bagian tubuh.
2. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pakan, gen dan lingkungan.
3. Pertumbuhan akan lebih cepat jika pemberian pakan dilakukan sesuai dengan aturan yang benar dan dilakukan secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas dalam Kemajuan Mutakhir. UI Press, Jakarta.
Card, L.E. 1962. Poultry Production Lea and Febiger. Philadelphia.
Jull, M.A. 1976. Poultry Hasbandry. J-rd. Mc. Grow Hill Book Co, New York.
Lawrie, R.A. 1994. Ilmu Daging Edisi ke-5. UI Press, Jakarta.
Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta
Rasyaf, M. 1997. Penyajian Makanan Ayam Petelur. Kanisius, Jakarta.
Soeharsono. 1976. Respons Broiler Terhadap Berbagai Kondisi Lingkungan Disertai Doktor. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta, UGM.
Sudarmoyo, B. 1982. Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Pertumbuhan Bagian-bagian Badan dan Karkas Kambing Kacang. IPB Press, Bogor.
Wahju, J. 1991. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press. Yogyakarta
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Post a Comment