LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
ACARA IV
TEKANAN DARAH DAN DENYUT NADI
NAMA : NOVIA RAHMAWATI
NIM : J2B008054
WAKTU : 9 November 2009
KELOMPOK/ASISTEN : III / AHMAD EDI MUZAKKI
LABORATORIUM BSF HEWAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
NOVEMBER 2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem sirkulasi pada manusia dapat disebut juga sebagai system sistemik atau badan. Dimana darah dari aorta mengalir ke macam-macam arteri besar yang menuju ke semua bagian-bagian badan. Darah mengalir karena kekuatan yang disebabkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Sentakan darah yang terjadi pada setiap kontraksi dipindahkan melalui dinding otot yang elastis dari seluruh sistem arteri. Pada saat jantung kendur (diastole) ada tekanan tertentu pada sistem arteri. Bila jantung berkontraksi (sistole) maka tekanan akan meningkat. Tekanan selama sistole menggerakkan darah mengalir ke aorta. Denyut cor menyebabkan adanya gelombang tekanan yang berjalan sepanjang arteri. Gelombang tekanan arteri dideteksi dengan cara palpasi pada arteri radialis unuk mengetahui denyut arteri per satuan waktu.
Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi merupakan pengujian klinik yang umum. Tekanan darah dan denyut nadi dalam waktu yang berbeda sangat bervariasi pada setiap orang, tekanan yang terus–menerus tinggi mungkin menunjukan suatu gejala atau sebab dari macam-macam penyakit.
1.2.1 Mengetahui prinsip dan cara-cara mengukur besarnya tekanan pada saat sistole dan diastole.
1.2.2 Mengetahui pengaruh aktifitas metabolik terhadap besarnya tekanan sistole dan diastole.
1.2.3 Mengetahui prinsip dan cara-cara perhitungan denyut nadi.
1.2.4 Mengetahui pengaruh aktifitas metabolik terhadap denyut nadi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekanan Darah
Tekanan darah arterial adalah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap saat siklus jantung. Selama sistole vaskuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak yag disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan turun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik (Pearce, 1995).
Tekanan darah sistolik dihasilkan oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk ke dalam arteri yang telah teregang. Selama diastole arteri masih tetap menggembung karena tahanan periferi dari arteriole-arteriole menghalangi semua darah mengalir ke dalam jaringan. Demikianlah maka tekanan darah sebagian tergantung kepada kekuatan dan volume darah yang dipompa oleh jantung dan sebagian lagi kepada kontraksi otot dalam dinding arteriole. Kontraksi ini dipertahankan oleh saraf vasokonstriktor dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik dalam medula oblongata.pusat vasomotorik mengatur tahanan periferi untuk mempertahankan agar tekanan darah relatif konstan. Tekanan darah mengalami sedikit perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerakan yang fisiologik, seperti sewaktu latihan jasmani, waktu adanya perubahan mental karena kecemasab dan emosi, sewaktu tidur dan sewaktu makan. Karena itu sebaiknya tekanan darah diukur selalau sewaktu orangnya tenang, istirahat dan sebaiknya dalam sikap rebahan (Pearce, 1995).
2.2 Pengukuran Tekanan Darah Arterial
Pengukuran tekanan darah merupakan pengujian klinik yang umum. Pengukuran ini selalu diwujudkan sebagai suatu pecahan, misalnya 120/80. Angka dari pembilang tersebut merupakan tekanan darah arteri selama sistole. Unit ukuran adalah torr, pada contoh ini tekanan sama dengan tekanan yang dihasilkan oleh kolom air raksa dengan tinggi 120 mm. Angka sebutan merupakan tekanan selama diastole. Meskipun tekanan darah dalam waktu yang berbeda sangat bervariasi pada orang tertentu, tekanan yang terus menerus tinggi, mungkin suatu gejala atau sebab dari macam-macam penyakit (Kimball, 1983).
Mengukur tekanan darah arterial menggunakan alat yang disebut sphigmomanometer. Lengan atas dibalut dengan selembar kantong karet yang dapat digelembungkan, yang terbungkus dalam sebuah manset dan yang digandengkan dengan sebuah pompa dan manometer. Dengan memompa maka tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai 200 mmHg yang cukup untuk menjepit sama sekali arteri brakhial, sehingga tak ada darah yang dapat lewat dan denyut nadi pergelangan menghilang. Kemudian tekanan darah diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan atau lebih cepat, bila dengan menggunakan stetoskop denyut nadi brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak dalam manometer dianggap tekanan sistolik. Kemudian tekanan di atas arteri brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung dirasakan. Dan titik dimana bunyi mulai menghilang umumnya dianggap tekanan diastolik (Pearce, 1995).
Menurut Pearce (1995), nilai tekana darah normal dalam mmHg adalah sebagai berikut :
Nilai Tekanan Darah Normal (Dalam mmHg)
Umur Diastolik Sistolik
Bayi 50 70-90
Anak-anak 60 80-100
Remaja 60 90-110
Dewasa muda 60-70 110-125
Dewasa 80-90 130-150
2.3 Denyut nadi
Denyut arteri atau nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis dibelokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat dari pada darah itu sendiri (Pearce, 1995).
Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit juga (Pearce, 1995).
Kecepatan normal denyut nadi (Jumlah debaran setiap menit)
Umur Jumlah debaran tiap menit
5 tahun 96-100
10 tahun 80-90
dewasa 60-80
(Pearce, 1995).
Perbedaan tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya berkisar antara 30 sampai 50 mmHg. Batas terendah tekanan sistole pada orang dewasa diperkirakan 105 mmHg dan batas teratas ialah 150 mmHg. Pada wanita tekanan darahnya ialah 5-10 mmHg lebih rendah dari pada pria (Junqueira at all, 1998).
Denyut jantung juga dibawah kontrol syaraf. Rangsangan dari nodus sinoatrialis melalui serabut-serabut parasimpatis pada vagus atau pemberian acethylcolin setempat mengakibatkan pelannya denyut jantung, sedang rangsangan melalui serabut simphatis atau pemberian setempat norepinephrine akan memepercepat denyutnya. Pada orang yang sedang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut (volume denyutan adalah 70 ml). Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70 x 70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung (Kastowo,1982).
2.4 Faktor yang mempertahankan tekanan darah
Menurut Pearce (1995), Faktor-faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah adalah:
a. Banyaknya darah yang beredar
Untuk membuat tekanan dalam suatu susunan tabung maka perlu tabung diisi sepenuhnya. Oleh karena dinding pembuluh darah adalah elastik dan dapat mengembung maka harus diisi supaya dapat dibangkitkan suatu tekanan. Pemberian cairan seperti plasma atau garam akan menyebabkan tekanan naik lagi.
b. Viskositas
Viskositas darah disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding tabung yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh.
c. Elastisitas dinding pembuluh darah
Di dalam arteri tekanan lebih besar dari pada yang ada dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastik daripada yang ada pada vena.
d. Tahanan Tepi
Tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di dalam arteriole. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriole juga menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan di dalam kapiler dan vena.
2.5 Hormon Angiotensin
Pada mamalia, ginjal berfungsi untuk membantu menjaga tekanan darah dan memulai dengan tindakan memperbaiki bila tekanan darah mulai turun. Untuk fungsi ini ginjal melepaskan enzim proteolitik renin. Substratnya adalah globulin disebut angiotensinogen, terdapat di dalam plasma. Renin memecahkan sebuah peptida yang mengandung 10 asam amino disebut angiotensin I. Hasil akhir adalah peptida yang mengandung delapan asam amino yang disebut angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan otot dinding arteriol berkontraksi. Bila angiotensin II mencapai sel-sel dari bagian luar kelenjar adrenal akan menyebabkan kelenjar tersebut mengeluarkan hormon aldosteron. Aldosteron bekerja langsung pada tubula-tubula ginjal, mempertinggi reabsorpsi ion-ion Na+ . Ini selanjutnya mempertinggi reabsorpsi air dan dengan demikian juga membantu memulihkan volume darah dan tekanan normal kembali (Kimball,2005).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Pengamatan Tekanan Darah
3.1.1 Alat dan Bahan
● Alat
- Sphigmomanometer
- Stetoskop
● Bahan
- Probandus : manusia
3.1.2 Cara Kerja
• Probandus dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu:
- Kelompok satu : Melakukan aktifitas jalan ditempat selama 5 menit.
- Kelompok dua : Tidak melakukan aktifitas
• Diukur tekanan darah dengan manset pada sphigmomanometer dan stetoskop.
• Diturunkan tekanan dalam manset secara perlahan-lahan.
• Diturunkan terus tekanan pada manset, bunyinya menjadi lebih keras, pudar dan menghilang .
• Dibandingkan tekanan sistole dan diastole pada kedua kelompok probandus.
3.2 Penghitungan Denyut Nadi
3.2.1 Bahan
- Probandus : manusia
3.2.2 Cara Kerja
• Probandus dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu:
- Kelompok satu : Melakukan aktifitas jalan ditempat selama 5 menit.
- Kelompok dua : Tidak melakukan aktifitas
• Dilakukan palpasi pada arteri radialis pada telapak tangan.
• Dihitung denyut nadi permenit dari masing-masing probandus.
• Dibandingkan denyut nadi ntara probandus yang beraktifitas dengan yang tidak beraktifitas.
IV. HASIL PENGAMATAN
4.1 Tekanan Darah
1. Tidak melakukan aktivitas
Jenis Kelamin Sistole/Diastol
Laki-laki 100/86 mmHg
Wanita 120/90 mmHg
2. Setelah Aktivitas 5 Menit
Jenis Kelamin Sistole/Diastole
Laki-laki 160/130 mmHg
Wanita 130/80 mmHg
4.2 Denyut Nadi
Laki-laki
1. Tidak melakukan aktivitas = 70
2. Setelah Aktivitas = 101
Wanita
1. Tidak melakukan aktivitas = 60
2. Setelah Aktivitas = 84
V. PEMBAHASAN
5.1 Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dalam praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya laju aliran darah pada pembuluh darah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan suatu alat yang disebut dengan sphigmomanometer. Pengukuran dilakukan meliputi tekanan sistole dan diastole. Prinsip dari pengukuran tekanan darah ini adalah memberi tekanan pada lengan bagian atas sehingga akan diperoleh tekanan darah sistole dan juga diastole. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memompa sehingga tekanan dalam kantong karet cepat naik sampai diatas 120 mmHg yang cukup untuk menjepit arteri brakhial, dan akan menyebabkan tak ada darah yang dapat lewat dan denyut nadi pergelangan menghilang. Kemudian tekanan darah diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan atau lebih cepat, dengan menggunakan stetoskop bunyi nadi brakhialis pada lekukan siku dengan jelas dapat didengar. Pada titik ini tekanan yang tampak dalam manometer dianggap tekanan sistolik. Kemudian tekanan di atas arteri brakhialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung dirasakan. Dan titik dimana bunyi mulai menghilang umumnya dianggap tekanan diastolik.
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada sampel dengan jenis kelamin dan tingkat aktivitas yang berbeda, hal ini dikarenakan besar kecilnya tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor tersebut. Hasil praktikum yang ditunjukkan pada tabel memberi hasil bahwa secara umum tekanan darah pada laki-laki lebih besar (100/86 mmHg sebelum aktivitas dan 160/130 mmHg setelah aktivitas 5 menit) daripada tekanan darah pada wanita (120/90 mmHg sebelum aktivitas dan 130/80 mmHg setelah aktivitas). Hal ini dapat terjadi karena pada wanita umumnya mempunyai ukuran tubuh dan aktivitas metabolik yang berbeda dari laki-laki. Laki-laki pada umumnya lebih banyak membutuhkan banyak energi yang salah satunya diperoleh dari adanya gerakan jantung. Gerakan jantung yang relatif cepat ini akan mempengaruhi tekanan darah pada laki-laki. Sedangkan pada wanita, aktivitas metaboliknya relatif lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pergerakan dari jantung dalam memompa darah juga relatif lebih lambat dan menyebabkan tekanan darah juga tidak terlalu tinggi. Menurut Pearce (1995), besarnya tekanan darah pada laki-laki dan wanita masih dalam batas normal yaitu pada usia dewasa tekanan sistole normal antara 110-150 mmHg dan tekanan darah diastole sebesar 60-90 mmHg.
Faktor kedua yang mempengaruhi besarnya tekanan darah adalah aktivitas yang dilakukan. Hasil pada praktikum ini menunjukkan bahwa pada saat setelah melakukan aktivitas, tekanan darah akan relatif lebih tinggi daripada pada saat tidak melakukan aktivitas (hanya duduk diam). Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya aktivitas fisik, dalam hal ini adalah berlari selama 5 menit, akan memacu impuls yang merambat ke jantung melalui saraf akselerator menyebabkan peningkatan laju aliran darah dalam tubuh. Total banyaknya darah yang dipompa oleh jantung dapat meningkat sampai 25-30 liter setiap menit. Jantung bergerak lebih cepat pada saat beraktivitas karena pada saat melakukan aktivitas maka kebutuhan akan asupan oksigen tubuh akan meningkat sehingga jantung akan terinduksi untuk memompakan darah penganakut oksigen lebih cepat ke seluruh bagian tubuh. Sedangkan pada saat tidak beraktivitas kondisi tekanan darah relatif lebih stabil karena kebutuhan oksigen tubuh masih terpenuhi dan tidak membutuhkan oksigen dengan segera untuk menggantikan oksigen yang hilang karena proses atau aktivitas fisiologik.
Tekanan darah selain dipengaruhi faktor jenis kelamin dan aktivitas juga dipengaruhi oleh kerja dari hormon angiotensinogen yang dihasilkan oleh ginjal, menurut Kimball (2005), pada mamalia, ginjal berfungsi untuk membantu menjaga tekanan darah dan memulai dengan tindakan memperbaiki bila tekanan darah mulai turun. Ginjal melepaskan enzim proteolitik renin, yang mempunyai aktivitas secara spesifik. Substratnya adalah globulin disebut angiotensinogen, terdapat di dalam plasma. Renin memecahkan sebuah peptida yang mengandung 10 asam amino disebut angiotensin I, yang dapat dipengaruhi oleh suatu peptidase yang telah ada di dalam plasma. Hasil akhir adalah peptida yang mengandung delapan asam amino yang disebut agiotensin II. Angiotensin II menyebabkan otot dinding arteriol berkontraksi. Ini menghentikan pekerjaan sarang kapiler dan dengan mengembalikan volume pembuluh darah yang berfungsi kembali seimbang dengan volume darah, memulihkan tekanan darah normal.
Angiotensin II mempunyai pengaruh kedua yang tak langsung pada volume darah dan tekanan. Di puncak setiap ginjal terdapat sebuah kelenjar endokrin disebut kelenjar adrenal. Bila angiotensin II mencapai sel-sel dari bagian luar kelenjar adrenal akan menyebabkan kelenjar tersebut mengeluarkan hormon aldosteron. Aldosteron bekerja langsung pada tubula-tubula ginjal, mempertinggi reabsorpsi ion-ion Na+ . Ini selanjutnya mempertinggi reabsorpsi air dan dengan demikian juga membantu memulihkan volume darah dan tekanan normal kembali.
5.2 Denyut Nadi
Menurut pearce (1995), denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat di mana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti arteri radialis di sebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal atau arteri dorsalis pedis dibelokan mata kaki.
Percobaan penghitungan denyut nadi dihitung dengan cara palpasi atau perabaan pada arteri radialis yang terletak di pergelangan tangan karena arteri radialis ini berjalan ke bawah di sebelah radial untuk melayani kebutuhan darah pada struktur di tangan. Gerakan yang teraba bukan merupakan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat dari pada darah itu sendiri.
Hasil percobaan menunjukkan denyut nadi sebelum dan setelah aktifitas berbeda, baik pada laki-laki maupun wanita. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas metabolik mempengaruhi denyut nadi pada setiap menitnya. Denyut nadi yang di dapatkan pada saat diam pada wanita 60 dan laki-laki 70, dari data ini dapat dikatakan bahwa denyut nadi pada wanita tersebut adalah normal, hal ini didasarkan pada pernyataan Pearce (1995), denyut nadi yang normal pada dewasa setiap menitnya antara 60-80 kali/ menit, dimana sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume yang tepat sama kembali dari vena ke jantung. Besarnya jumlah denyut nadi dapat menggambarkan kerja dari jantung, sehingga apabila denyut nadi di atas nilai normal dapat dikatakan bahwa kerja dari jantung juga kurang baik karena memompa dengan begitu cepat.
Sedangkan pada saat beraktivitas, denyut nadi akan relatif lebih cepat dibandingkan ketika dalam keadaan tidak beraktivitas. Hasil percobaan menunjkkan bahwa setelah aktivitas denyut nadi pada laki-laki naik menjadi 101 dan pada wanita naik menjadi 84. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya aktifitas fisik maka akan mempercepat denyut jantung karena respirasi sel meningkat dan kandungan kadar karbondioksida dalam darah juga meningkat. Dengan adanya hal ini maka jantung akan distimulasi untuk memompa darah lebih cepat. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kecepatan jantung yang berbeda-beda ini kemudian akan mengakibatkan perbedaan pula pada cepatnya denyut nadi.
VI. KESIMPULAN
6.1 Tekanan sistolik adalah bunyi denyut yang terdengar pertama kali pada arteri brakhialis (dengan stetoskop).
6.2 Tekanan diastolik adalah titik dimana bunyi denyut mulai menghilang dan pudar pada arteri brakhialis.
6.4 Denyut nadi dapat dihitung dengan palpasi pada arteri radialis yang terletak di pergelangan tangan.
6.5 Aktifitas metabolik dan jenis kelamin mempengaruhi tekanan sistole dan diastole pada darah serta besarnya denyut arteri.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell and Reece. 2004 . Biologi . Jilid 3 edisi kelima . Erlangga . Jakarta
Junqueira at all. 1998 . Histologi Dasar . Edisi kedelapan . Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Kastowo, Hadi . 1982 . Zoologi Umum . Penerbit Alumni . Bandung
Kimball, J. W. 2005 . Biologi . Jilid 2 Edisi Kelima . Erlangga . Jakarta
Pearce, E. C. 1995 . Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis . PT Gramedia . Jakarta
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
0 komentar:
Post a Comment